Minggu, 17 Februari 2008

Fauna Pulau Waigeo yang Perlu Diselamatkan

Selasa, 07 Juni 2005 - 04:55 AM
Papua, SPEED BOAT yang kami tumpangi meliuk-liuk seperti lomba slalom test di antara puluhan pulau kecil di Teluk Kobui di Pulau Waigeo bagian selatan.Pulau-pulau itu menjulang sekitar lima meter di tengah laut dengan tebing karang di setiap sisinya. Di puncak pulau-pulau, yang berdiameter lima sampai 50 meter itu, terdapat hutan tropis tempat burung bersarang.Pulau Waigeo adalah pulau terbesar yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Letaknya di sebelah barat laut dari daerah Kepala Burung, Pulau Papua. Dalam bahasa masyarakat setempat, Pulau Waigeo berarti Pulau Air. Pulau ini memiliki kekayaan alam berupa keanekaragaman hayati. Pulau yang memiliki panjang 125 km dan lebar 50 km ini membentang dari 130 derajat-10' sampai 131 derajat-20' bujur timur, dan 0 derajat sampai 0 derajat-28' lintang selatan. Pulau Waigeo hampir terbagi dua oleh Teluk Majalibit yang memiliki panjang 38 km dan lebar 12 km. Teluk ini memanjang menjorok jauh ke dalam pulau. Untuk menjaga kelestariannya, pemerintah telah menetapkan dua kawasan di Pulau Waigeo sebagai kawasan cagar alam yaitu, Cagar Alam Waigeo Barat seluas 153.00 ha sesuai dengan SK Menhut No 395/kpts/Um/1981 tertanggal 7 Mei 1981, dan Cagar Alam Waigeo Timur seluas 119.500 ha sesuai SK Menhut No 251/kpts-II/1992 tanggal 25 November 1992.Keragaman hewan ini pernah menarik perhatian ilmuwan Inggris Alfred Russel Wallace untuk melakukan penelitian. Wallece datang ke Pulau Waigeo pada 1860. Di sana ia tinggal selama tiga bulan meneliti keanekaragaman hewan, khususnya burung dan serangga. Hasil penelitian Wallace itu ditulis dalam bukunya berjudul The Malay Archipelago.Pulau Waigeo memang dijadikan salah satu kawasan wisata untuk melihat flora fauna endemik. Yaitu, jenis tumbuhan atau binatang yang hanya terdapat di tempat tertentu. Pulau tersebut menjadi tempat habitat burung maleo waigeo (aepypodius bruijnii), cendrawasih merah (paradisea rubra), dan cendrawasih botak (cicinnurus).Burung maleo waigeo baru diketahui hanya hidup di Pulau Waigeo. Sedangkan cendrawasih merah, dan cendrawasih botak juga ditemukan di Pulau Batanta, Pulau Gam, dan Pulau SaonekHasil penelitian Universitas Cendrawasih, Universitas Negeri Papua, dan Conservation International Indonesia (CII) mengenai penyebaran ular dan katak di Pulau Waigeo memberikan informasi terbaru bahwa di pulau itu telah ditemukan suatu jenis ular baru (toxicocalamus) berwarna hitam dan katak hijau (litoria sp). Saat ini, tercatat ada 54 jenis mamalia (43% dari jumlah mamalia di Provinsi Papua), 41 jenis amfibia dan reptilia, 171 jenis burung, 52 jenis ikan tawar, 64 jenis gastropoda, dan 122 jenis karang di Pulau Waigeo.Diburu manusiaSaat tim ekspedisi mengunjungi pulau tersebut, banyak menemukan satwa langka yang hidup secara bebas di pulau itu. Kakaktua jambul kuning (cacatua galerita), misalnya. Hewan yang dilindungi sebagai satwa langka ini terbang dari pohon ke pohon di dekat pantai. Jenis kakaktua ini merupakan kedua terbesar setelah burung kakaktua raja. Burung ini banyak ditemukan di Kepulauan Raja Ampat.Lalu burung bayan (eclectus roratus) juga terlihat hinggap di atas pohon di pedalaman Pulau Waigeo. Burung yang memiliki bulu berwarna merah, hijau, dan ungu ini sering diburu manusia untuk diperjualbelikan.Bukan hanya burung, seekor ular berbisa berwarna putih pun pernah terlihat di antara akar-akar pohon. Ular yang memiliki nama dalam bahasa latin micropechis ikaheka ini dikenal sangat berbisa. Namun, ia termasuk makhluk yang menghindar bila berpapasan dengan manusia. Ia hanya menyerang bila merasa terganggu atau terancam. Selain itu, ada juga jenis ular yang tidak berbisa di Pulau Waigeo. Ular boa tanah (candoia aspera) berbentuk bulat dan memiliki panjang 50-100 sentimeter. Kulitnya berwarna cokelat tua, atau merah kecokelatan dengan motif kotak tak beraturan. Ular ini termasuk kerabat ular piton yang juga tidak berbisa. Selain hewan, di hutan Sungai Kamtabai, Kampung Waifoi, dan Kali Warsimban, Kampung Lopintol, menunjukkan Pulau Waigeo kaya akan jenis flora. Menurut data CII, dari sampel penelitian setiap satu hektare hutan, tercatat 116 jenis pohon yang terdiri 438 batang pohon. Di dunia, jenis pohon dalam radius yang sama, paling banyak terdapat di Ekuador dengan 300 jenis pohon, dan di Yanamono Peru dengan 280 jenis. Pohon yang sering dijumpai di hutan Pulau Waigeo berasal dari marga ficus (pohon beringin). Pohon itu hidup di sepanjang aliran sungai, bekas kebun, serta perbatasan antara kebun dan hutan.Pohon jenis ini bisa secara cepat menyebar karena dalam satu buahnya terdapat banyak biji yang akhirnya tumbuh menjadi pohon baru. Pohon jenis ini banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar. Kulitnya digunakan sebagai bahan pakaian, dan buahnya untuk makanan ternak. (Dikutip Dari :http://www.infopapua.com)